Minggu, 02 Januari 2011

Butir-butir Filsafat Kependekaran 2

Pendekar tidak :

    * Merasa "mampu".
    * Merasa berjasa.
    * Merasa pahlawan, karena sekali merasa dirinya sebagai seorang pahlawan maka sebenarnya telah hilang kepahlawanannya.
    * Menginginkan milik orang lain.
    * Takhabur dan sombong.
    * Senng melihat penderitaan orang lain.
    * Mudah tersinggung, mudah patah.
    * Berprasangka buruk terhadap orang lain.
    * Suka membicarakan kelemahan sesama.
    * Kagetan dan gumunan.
    * Ragu-ragu.
    * Malas berbuat.
    * Kehilangan keseimbangan.
    * Menunjukkan sesuatu tanpa guna.
    * Bercekcok tanpa mencari suatu arti.
    * Ingin menang tanpa tujuan KELUHURAN.


Butir-butir Filsafat Kependekaran

Pendekar adalah :

    * Hamparan kekosongan yang tak bertepi.
    * Keluhuran dan kebijaksanaan (berbudi buwa laksana).
    * Kesetiaan akan janji, semua kata-katanya sama dapat dipercayanya dengan perjanjian tertulisnya.
    * Membimbing dan memimpin, mengabdi dan melayani.
    * Mengemban kasih persaudaraan.
    * Pemberian terhadap yang membutuhkan.
    * Kerendahan hati dan kesusilaan.
    * Kepatuhan terhadap hukum alam.
    * Ketenangan dan tafakur (meditasi/samadhi).
    * Ketenangan dan tawakal (dharma).
    * Ketenangan dan hati-hati.
    * Ketenangan dan keberanian.
    * Ketenangan dan keteguhan.
    * Ketenangan dan ketajaman, pasti.

KEPADA SIAPAKAH AZAB DI PERUNTUKKAN?

Azab, kata yang sudah menjadi khazanah bahasa Indonesia dan yang tidak asing bagi kita. Ia dipergunakan untuk apa yang menimbulkan siksa atau derita, yang menghilangkan kebahagiaan hidup. Azab dapat berbentuk pukulan atau benturan tubuh seseorang, rasa takut, kekhawatiran, kelaparan maupun dahaga.
   
 Imam ar-Raghib al-Ashfahāni menyatakan bahwa kata azab dipakai dalam ungkapan azabar-rajulu yang berarti orang itu menyiksa diri dengan jalan tidak makan dan tidak tidur. Dalam penggunaan sehari-hari, kata azab berarti hukuman atau pembalsan bagi hamba Allah yang mengingkari nikmat-Nya dan menyimpang dari bimbingan dan hidayah-Nya.
    
 Azab bisa dirasakan sebagai iqab (hukuman), karena azab itu ditimpakan kepada hamba Allah sebagai hukuman karena tidak mau mengikuti kebenaran-kebenaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit, di bumi, dan diantara keduanya serta tidak mau pula mengikuti bimbingan wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya.
     
Azab itu dirasakan sebagai pembalasan sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang dilakukan seseorang yang dapat dikategorikan sebagai memperturutkan hawa nafsu dan menjauh dari bimbingan Allah SWT.
  
 Azab bisa berbentuk nestapa yang disebabkan kejadian alam, penganiayaan, hukuman atau pembalasan. Azab yang disebabkan oleh peristiwa alam, misalnya derita akibat gempa bumi, letusan gunung berapi, angin topan, badai, sambaran kilat, dan sebagainya.
   
 Azab yang timbul karena penganiayaan orang lain atau oleh binatang dapat dicegah dengan jalan membentuk pengamanan diri dari penganiayaan dan serangan binatang tersebut.
  
 Adapun azab yang berupa hukuman yang dijatuhkan oleh penguasa di dunia dapat dihindari dengan jalan melaksanakan aturan-aturan hukum yang berlaku.
    
 Azab Allah di dunia yang diakibatkan karena sikap, tingkah, dan perbuatan manusia yang jahat dikisahkan Al-Qur’an pernah ditimpakan kepada kaum ‘Ad, Samud dan kaum Nuh,.
  
 “Adapun kaum ‘Ad, mereka menjadi sombong di muka bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka berkata, “Siapa yang lebih  kuat dari kami?” Tidakkah mereka melihat Allah yang menjadikan mereka. Dia-lah Yang lebih kuat. Tetapi mereka tetap mengingkari ayat-ayat Kami! Maka Kami kirimkan angin dahsyat menimpa mereka pada hari-hari yang naas, untuk Kami rasakan kepada mereka azab yang hina di dunia; dan azab di akhirat lebih hina lagi, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan lagi. Sedangkan Samud, Kami beri mereka bimbingan, tetapi mereka lebih menyukai kebutaan hati daripada bimbingan; maka azab hina yang memekakkan telah menimpa mereka, akibat apa yang telah mereka perbuat. Dan Kami selamatkan mereka yang beriman dan bertaqwa.” (QS Fussilat: 15-18)
  
 ‘Azabul Akhirat akan ditimpakan di akhirat berupa pembalasan atas sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia yang menyimpang dari bimbingan wahyu dan mengingkari nimkat Allah. Ini akan berlangsung setelah pemeriksaan amal perbuatan menusia di hari mahsyar.
    
Mengenai siksa akhirat, di kalangan ulama mutakallimin tidak terdapat perbedaan paham bahwa azab itu akan ditimpakan secara jasmani. Akan tetapi golongan ahli tasawuf beranggapan bahwa jasmani sifatnya hanya sementara, sedangkan ruhani itu adalah abadi. Maka mereka berpendapat bahwa kebangkitan itu bukan bersifat jasmani, tetapi berupa kebangkitan ruhani. Dengan demikian, siksa Allah kepada hambanya akan ditimpakan kepada ruhaninya.
   
 Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang tegas menyatakan adanya kehidupan jasmaniyah di akhirat, seperti dihidupkannya kembali tulang-tulang yang telah hancur luluh, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat yang artinya sebagai berikut:
   
 “Tidakkah manusia melihat, bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani? Tetapi perhatikanlah, ia justru menjadi pembangkang yang nyata. Dan ia membuat perumpamaan tentang kami dengan melupakan asal kejadiannya sendiri; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-tulang yang sudah hancur luluh?” Katakanlah, “Yang akan menghidupkannya (adalah) Yang meciptakannya pertama kali! Dia Yang Maha Tahu akan segala penciptaan.” (QS Yasin : 77-79)
   
 Azab akhirat itu ditimpakan kepada orang yang timbangan dosanya lebih besar dari pahalanya. Apabila mereka sampai mati tidak mau bertobat, mereka dinyatakan sebagai mukmin yang berdosa karena melakukan maksiat.
  
 Di antara perilaku manusia yang menyebabkan azab Allah ialah :
1. Kekafiran
2. Kemunafikan
3. Menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat
4. Keserakahan
5. Kemusyrikan
6. Menyembunyikan kebenaran
7. Pembunuhan secara keji
8. Kezaliman
9. Bercerai-berai dan berselisih
10. Durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya
11. Kefasikan
12. Mempermainkan agama dan ayat-ayat Allah
13. Menghindar dari ayat Allah
14. Menentang jalan Allah
15. Terlena godaan syetan
16. Memperturutkan hawa nafsu
17. Penindasan dan pembunuhan atas kaum beriman
18. Menyombongkan diri

Al-Qur’an sudah menggambarkan pedihnya azab pada hari kiamat yang ditanggung manusia akibat ulah mereka di dunia.
Hanya iman dan perjuangan di jalan Allah-lah yang akan menyelamatkan manusia dari siksa Allah. Dan Allah hanya akan menolong hamba-hambaNya yang beriman dan bertaqwa.

ALLAH MEMULIAKAN HAL YANG DIREMEHKAN

    Seringkali kita menganggap dan berpkir, kenapa sih Allah menciptakan mahkluk-mahkluk kecil yang tidak  mencolok manfaatnya? Seperti halnya lebah, laba-laba dan nyamuk. Memang Allah menciptakan segala sesuatu pastilah ada maksud sendiri yang terkandung didalamnya, namun adakah penjelasan yang lebih spesifik mengenai mereka?
    Baiklah, saya disini menulis artikel ini selaku orang yang pernah pernah penasaran dengan hal tersebut akan berbagi sedikit ilmu yang saya dapat dari rasa penasaran saya.

LABA-LABA
    Laba-laba, merupakan sejenis  serangga berkaki enam sampai delapan yang biasa menjalin benang sejenis sutra yang dihasilkan dari perutnya yang berfunsi sebagai rumah dan perangkap mansa. Ia memiliki keistimewaan, baik dari segi jenis, kehidupan, makanan, tempat tinggal maupun rumahnya.
    Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Perumpamaan mereka yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah; tapi sungguh, rumah yang paling rapuh ialah rumah laba-laba.”
    Abū Hurairah meriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi Muhammad bersabda, yang artinya sebagai berikut, “Binatang yang paling rakus adalah lalat, dan binatang yang paling hemat adalah laba-laba.”  (HR Bukhāri & Muslim).
    Petunjuk Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah tersebut menegaskan bahwa ada manusia yang memuja dan menyembah serta meminta pertolongan kepada selain Allah Yang maha Kuasa. Seperti yang disebutkan, bangunan tempat tinggal yang paling lemah adalah rumah tinggal laba-laba. Laba-laba adalah salah satu binatang yang hemat, teliti, kreatif, dan sensitif.
    Dalam sebuah riwayat, ketika Nabi Muhammad dikejar-kejar kaum Quraisy, Nabi Muhammad bersama Abū Bakr memasuki gua Śur. Atas kehendak Allah, di bawah pintu gua sepasang burung merpati membuat sarang dan bertelur di dalamnya. Demikian juga laba-laba yang membuat jarring di pintu gua sebagai tempat tinggalnya. Kaum Quraisy berpikir, tidak mungkin Muhammad masuk ke dalamnya. Jika masuk, maka telur burung akan pecah terinjak dan induknya terbang jugan jarring laba-laba pastilah rusak terkoyak. Maka selamatlah Nabi Muhammad dan Abū Bakr atas kehendak Allah dengan perantaraan burung merpati dan laba-laba.

LEBAH
    Lebah atau juga disebut tawon merupakan serangga yang hidup berkoloni. Walau sering disebut sebagai serangga penyengat, lebah juga membantu terjadinya proses penyerbukan pada bunga. Namun dari kesemua kelebihan lebah yang terkenal adalah madu.
    Madu merupakan sari bunga yang dihasilkan oleh lebah. Yang mempunyai warna dan bau yang beragam, tergantung dari jenis tumbuhan yang dihisap oleh lebah, dan juga yang sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca maupun musim.
    Di dalam Al-Qur’an allah pernah berfirman yang artinya sebagai berikut, “Dan Tuhanmu mengajarkan lebah membangun sarang-sarangnya di bukit-bukit, di pepohonan dan di pemukiman (manusia). Kemudian makanlah aneka macam hasil buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu denagn luas, dan dari dalam perutnya keluar minuman (madu) beraneka warna, mengandung obat bagi manusia. Sungguh, ini adalah tanda bagi mereka yang menggunakanpikiran.” (QS An-Nahl : 68-69)
    Madu tidak hanya terbatas dikonsumsi sebagai bahan makan saja (selai atau pemanis), tetapi lazim pula dipakai sebagai penangkal berbagai penyakit. Pengobatan dengan madu tidak cukup hanya dengan sekali minum atau dua kali, akan tetapi lebih dari itu. Dengan cara seperti ini madu akan membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat dalam perut.
    Para dokter pada abad pertengahan berpendapat, bahwa secara alamiah pengobatan penyakit perut seprti diare dan lain-lain cukup dengan memberikan madu kepada pasien.
    Yang tidak kalah pentingnya pula bahwa madu berperan untuk kosmetika dan perawatan kecantikan. Sebagai pelembab untuk kekeringan bibir dan kulit, atau dapat juga digunakan sebagai masker agar kelembaban dan kehalusan kulit tetap terjaga.
    Semasa hidup, Nabi Muhammad SAW selalu mengkonsumsi madu, maka beliau tidak pernah sakit bahkan selalu dalam keadaan sehat wal ‘afiat meskipun beliau sangat sibuk dengan tugas-tugas berat yang menjadi tanggung jawabnya.

NYAMUK
    Allah berfirman di dalam kitab-Nya, ‘Sesunguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka. Tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud allah menjadikan ini perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyakorang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberinya petunjuk. Dan tidak ada orang yang disesatkan Allah kecuali orang-orang fasik’ (QS Al-Baqarah : 26)
    Asbābun-nuzūl (sebab-sebab turunnya) ayat tersebut adalah ketika Allah SWT menyebutkan enteng binatang lalat (aż-żubāb) dan laba-laba (al-ankabūt) sebagai perumpmaan bagi orang-orang yang musyrik, bahwa berhala-berhala yang mereka sembah tidak dapat membuat lalat dan mereka yang menjadikan berhala sebagai tempat memohon perlindungan itu seperti laba-laba yang berlindung di balik sarangnya. Karena sangat lemahnya maka orang-orang musyrik menertawakan sambil berkata, “Apa maunya Allah menyebutkan contoh-contoh binatang yang remeh seprti itu?” maka turunlah ayat tersebut.
    Salah satu hikmah diciptakannya nyamuk adalah sebagai tanda bukti kemahakuasaan allah SWT. Sebab meskipun kemajuan sains dan teknologi sedemikian pesat dan canggih, manusia tidak dapat menciptakan nyamuk. Dengan adanya nyamuk yang membawa bibit penyakit malaria atau DB (Demam Berdarah) telah merangsang para ahli kedokteran untuk dapat menemukan obatnya, penangkalnya, dan pembasmiannya. Maka muncul kreatifitas manusia di bidang kedokteran spesialis nyamuk, pabrik obat nyamuk dan sebagainya. Dengan demikian, dinamika peradaban manusia menjadi berkembang.
    Dari sedikit banyak uraian di atas mulai dari laba-laba bersarang rapuh yang melindungi Nabi Muhammad dan Abū Bakr dari kejarn kaum Quraisy, lebah yang menghasilkan madu sebagai obat segala macam penyakit, sampai dengan nyamuk pembawa bibit penyakit yang berhasil merangsang manusia  menemukan berbagai macam obat untuk membasminya apakah tidak cukup bukti untuk lebih bersyukur memperhatikan dan memahami segala keEsaan Allah?
    Itulah mengapa orang-prang yang beriman tetap yakin dan mengatakan seluruh perumpamaan yang dibuat Alla dalam Al-Qur’an adalah haq (benar) dari Allah dan ada hikmahnya. Subhanallah

BUMI MENANGIS, BAIK ATAU BURUK?

Tangis atau menangis sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan sedih, kecewa, menyesal dan sebagainya dengan mencucurkan air mata dan mengeluarkan suara terisak-isak, menjerit-jerit dan sebagainya. Namun ada juga orang menangis, tapi tangisannya merupakan tangisan bahagia. Misal, ada seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu dan ia sudah berusaha untuknya, dan alhasil impiannya tersebut tercapai kemudian ia menangis. Maka tangisannya seorang tadi bisa disebuit sebagai tangisan bahagia.
    Menangis, yang dalam bahasa arab berarti bakā merupakan bentuk kata kerja masa lampau; bakā - yabkī – bukā’an atau bukan. Kata bakā juga disebutkan dalam Al-Qur’an namun hanya satu kali saja, yaitu:
“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh.” (QS. Ad-Dhukān : 29).
    Orang Arab menganggap, bila ada seseorang yang dimuliakan oleh Allah SWT dan ia meninggal atau terkena musibah, maka langit dan bumi akan menangisinya.
    Mujahid berkata, “Sesungguhnya langit dan bumi itu menangis kepada orang-orang muslimin sebanyak empat puluh kali setiap paginya.”  Abu Yahya berkata, “Bumi tidak akan pernah menangis jika masih banyak hamba yang rukū’ dan sujūd, dan langit juga tidak akan menangis jika masih banyak hamba yang bertasbih dan takbir kepada-Nya.”  Ali dan Ibn Abbas berkata, “Bumi akan menangis jika masih ada yang menengadahkan wajahnya kelangit (berdo’a, meminta) kepada-Nya.” Dan Sa’id Ibn Jubair berkata, “Menangisnya langit dan bumi dapat dilihat dari 3 sudut pandang, salah satunya sebagaimana yang dapat dilihat pada tangisan hewan.”
    Muhammad Ibn ‘Ali at-Tirmizi berkata, “Tangisan itu berarti melimpahnya sesuatu.”  Jika ada air yang melimpah dari mata, berarti ia menangis dan jika langit itu penuh dengan warna merah, juga dikatakan menangis, serta jika bumi dipenuhi dengan debu, juga diartikan bahwa bumi ini  menangis. Hal ini karena orang-orang mukmin itu merupakan cahaya dan dia selalu dilindungi dengan cahaya Allah, maka bumi terang oleh cahaya-Nya yang diberikan kepada orang-orang mukmin agar tetap terhindar dari berbagai bentuk kesalahan dan syirik.
    Ibnu Kaśī, memberikan penafsiran terhadap ayat diatas, bahwa langit dan bumi ini akan menangis jika manusia tidak mau melaksanakan perbuatan-perbuatan yang ma’ruf selama di dunia dan juga tidak mau bermunajāh kepada Allah SWT, serta apabila manusia berbicara tidak mau membicarakan hal-hal yang baik sehingga mereka berputus asa, yang menyebabkan mereka menangis. Diriwayatkan oleh Ibn ‘Abdillah bahwa telah datang kepada ‘Ali RA seorang laki-laki, laki-laki itu bertanya, “Apakah langit dan bumi itu pernah menangis kepada seseorang?”  Ali RA menjawab, “Engkau bertanya tentang sesuatu kepadaku  yang sebelumnya aku pun telah menanyakannya kepada seseorang. Bahwa tidak dikatakan seorang hamba sebelum ia melaksanakan shalat dan menggantungkan semua amalannya ke langi (Allah). Sesungguhnya, Fir’aun beserta kerabatnya dan pengikutnya termasuk manusia yang selama di dunia mereka tiodak pernah mengerjakan ma’ruf, serta tidak pernah berserah diri kepada Allah SWT, sehingga walaupun demikian perbuatan mereka selama di dunia ini,  langit dan bumi tidak akan menangisi mereka.”
    Kemudian Ibn Abī Hātim meriwayatkan juga dari ‘Abidul-Maktab dari Ibrahim, ”Sesungguhnya sejak bumi ini diciptakan tidak pernah menangis kecuali dalam dua hal, yaitu: bukankah langit dan bumi itu menangis terhadap seorang hamba yang beriman? Yang demikian itu agar selalu menggantungkan segala amalnya kepada Allah, maka dari sana akan diketahui bahwa langit itu menangis. Lalu aku berkata, jangan kamu katakana merahnya daun seperti minyak, sesungguhnya Yahya bin Zakariya ketika terbunuh langit menjadi merah dan darahpun mengalir, sesungguhnya Husain Ibn ‘Ali ketika terbunuh langit menjadi merah.”  Dari Yazīd Ibn Abi Ziyād bahwa ketika Husain Ibn ‘Ali terbunuh, horizon menjadi merah selama empat bulan. Yazīd berkata bahwa merahnya itu disebabkan karena tangisannya (langit). Hal yang sama juga dikemukakan as-Sadi dan ‘Atā al-Khurasāni.
    Beberapa penafsiran tentang sūrah ad-Dhukān : 29 di atas telah menguraikan secara jelas maksud dari kata bakā, dimana ahli zikir juga mengatakan bahwa setiap pribadi muslim yang tidak bersuci dalam setiap geraknya, telah menunjukkan menangisnya bumi. Namun pada dasarnya ayat ini lebih banyak berbicara tentang pribadi manusia itu sendiri, bukan dalam permasalahan menangisnya langit dan bumi. Akan tetapi yang harus dicari adalah hal-hal yang menyebabkan bumi dan langit itu diibaratka menangis karena pada hakekatnya langit dan bumi tidak akan pernah menangis. Hal ini dapat kita ketahui dari uraian di atas, bahwa penyebabnya pada dasarnya adalah perbuatan-perbuatan manusia itu sendiri yang sudah melenceng dari aturan-aturan Allah.
    Marilah kita perduli pada bumi dan langit kita. Bila kita tidak ingin bumi dan langit menangis maka cegahlah dari hal-hal yang bisa membuatnya menangis. Layaknya kita berlaku kepada orang tua kita sendiri, kita pasti selalu ingin agar mereka tidak menangis. Begitulah seharusnya perlakuan kita terhadap bumi. Bumi dan langit kita sudah terlalu tua, jangan sampai kita membuatnya menangis dalam kesedihan, kekecewaan akan perlakuan kita kepadanya. Kita tingkatkan kualitas iman kita, perbanyak melakukan amal saleh, merubah tata cara hidup kita menjadi yang lebih baik. Mencegah diri dari perbuatan maksiat, dan selalu mengamalkan ‘Amar Ma’ruf  Nahi Munkar.
 


PERAN PRAKTIS SI DIGITAL SEBAGAI PENGGANTI SI MANUAL


Kadang kita menganggap barang yang kecil maka kecil pula manfaatnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman manusia menjadi semakin pintar dalam membuat hidup mereka menjadi lebih praktis. Seperti dengan adanya handphone, tasbih digital, Al-Qur’an digital, dan sebagainya.
    Handphone, barang yang sudah tidak asing bagi kita lagi, selain mempunyai manfaat untuk mengirim dan menerima kabar berita secara cepat malalui layanan SMS, MMS, e-mail maupun telepon handphone yang berfasilitaskan pengingat waktu atau dalam istilahnya ‘alarm’ sudah mampu menggeser kedudukan jam weker yang biasanya digunakan untuk mengingatkan kita bilamana ingin bangun pada waktu tertentu, misalkan bangun dini hari untuk sahur atau bangun tengah malam untuk melaksanakan salat lail.
    Dengan handphone pula kita bisa dengan lebih mudah mengetahui kabar sanak saudara yang berada ditempat yang jauh dengan kita. Seperti apabila kita mempunyai sanak saudara yang bekerja di luar negeri atau keluarga kita sedang menjalankan ibadah haji atau umrah dan kita sangat ingin mengetahui bagaimana kabar mereka sekarang juga, maka kita bisa memanfaatkan fasilitas international roaming. Dengan demikian, rindu kepada keluarga bisa terobati dalam waktu singkat dan perasaan menjadi tenang.
    Di handphone tipe tertentu ada juga yang menyediakan fasilitas Al-Qur’an digital, pada -Nokia- N70 misalnya (saya tidak bermaksud promosi). Dengan adanya fasilitas tersebut, kita tidak perlu repot-repot menenteng-nenteng Al-Qur’an berbentuk kitab dalam perjalanan kita. Apabila kita sedang ingin membaca Al-Qur’an maka kita cukup membuka aplikasi yang tersedia. Menyimpannya pun cukup mudah, malah saking praktisnya bisa ditaruh di saku. Kelebihannya lagi, karena Al-Qur’an digital ini terdapat di dalam handphone kita bisa membacanya kapanpun dan dimana pun. Di sekolah, di rumah, di taman, di kantor maupun di mall atau pasar swalayan bila kita mau melakukannya.
    Namun dibalik kepraktisannya, Al-Qur’an digital juga mempunyai kelemahan. Karena keberadaanya hanyalah sebagai aplikasi plengkap dalam sebuah handphone dan sangat bergantung pada baterai, maka disaat baterai handphone habis atau lowbatt istilahnya, secara otomatis kita tidak akan bisa memanfaatkan fasilitas tersebut. Kecuali bila baterai handphone dicharge dan telah mempunyai daya yang cukup maka kita bisa menikmati fasiltas tersebut kembali.
    Benda lain yang tidak kalah praktisnya adalah tasbih digital. Bentuknya yang mini hanya seukuran penghapus pensil, sangat praktis dan minimalis tempat. Bandingkan dengan tasbih manual yang terdiri mulai dari puluhan sampai seratus butir bijih tasbih, bila kita ingin membawanya ke suatu tempat kita harus menenteng terus, kalau tidak demikian kita mengkalungkannya dileher. Atau untuk tasbih yang jumlah bijihnya sedikit (dua  puluh lima butir) paling praktis kita cuma memakainya ditangan layaknya gelang. Sangat menyolok, bukan? Dan seumpama kita sedang di jalan lalu bertemu dengan umat lain selain muslim yang tidak tahu tasbih, ada kemungkinan kita bisa diejek atau disindir  karena memakai kalung aneh. Akibatnya kita menjadi malu dan minder untuk membawa tasbih dalam bentuk manual. Sungguh mubazir apabila kita hopeless berzikir kepada Allah hanya karena kita telah dicemooh karena bentuk tasbih kita.
    Maka tepatlah keberadaan tasbih digital yang memiliki bentuk agak mirip dengan stopwatch ini. Bila dengan tasbih manual kita menyelipkan bijih-bijih tasbih di antara jari tengah dan telunjuk lalu menggesernya satu per satu, untuk tasbih digital tidak demikian. Kita hanya perlu memencet tombol satu kali untuk satu kali hitungan. Kelebihan yang lain lagikita tidaj perlu kuatir lupa sudah sampai keberapa hitungan kita. Karena sudah terdapat LCD ysng menampilkanjumlah hitungan tasbih kita pada tiap sekali kita memencet tombol yang sudah terjelas diatas.
    Namanya juga barang buatan manusia. Tasbih digital ini juga sama halnya yang handphone  yang bergantung pada baterai. Namun baterai untuk tasbih digital adalah baterai untuk jam tangan yang sudah sering kita jumpai dipasaran. Layaknya barang-barang digital lainnya, apabila terkena air maka tidak menutup kemungkinan kalu tasbih digital akan rusak.
    Pemanfaatan tasbih digital dan Al-Qur’an digital tergantung dari diri kita selaku konsumen. Apakah lebih memilih tasbih manual atau tasbih digital yang praktis tempat penyimpanannya. Namun, seyogyanyalah kita sebagai warga muslim bersyukur dengan adanya penemuan tasbih dan Al-Qur’an digital. Kita harus bangga kepada muslimin-muslimat penemu barang kecil yang bermanfaat tersebut. Karena yang demikian insya Allah kita termasuk umat-Nya yang beriman dan umat yang selalu berusaha mengamalkan ilmunya untuk mendapatkan barang-barang yang bermanfaat. Amiin
Wallahu ‘alam